Senin, 25 Januari 2010

KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA

Budaya Amerika dan Inggris (kelompok 1)

Komunikasi bisnis internasional mendapat perhatian yang sangat besar dewasa ini, seiring dengan kecenderungan bisnis global. Kehadiran banyak perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi lintas batas antar negara mengharuskan para manajer dan professional di berbagai organisasi bisnis memberikan perhatian kepada efektifitas komunikasi internasional atau sering disebut komunikasi lintas budaya.

Masyarakat Barat, khususnya AS, menafsirkan individualisme dalam aslinya sebagai suatu keseimbangan antara hak hak dasar invidual akan kebebasan (liberty), persamaan (equality) dan tanggung jawab publik. Jadi, bagi mereka akar dasar gotong royong juga dalam interaksi dan antar-relasi ekonomi supply side dan demand side tidak dikenal, karena dalam tafsiran individualisme Barat yang baku adalah liberalisme, dan kini menjadi neo-liberalisme politik/ekonomi.

Merasionalkan egoisme Barat mereka tafsirkan sebagai "untuk saya dulu untungnya dan manfaatnya, anda nanti-nanti saja, atau anda biar menderita saja".

Keberingasan dan kekejaman dalam hidup sebagai banyak dipraktekkan Barat sangat berlawanan dengan sikap hidup dasar (way of life) China dan Jepang. Permusuhan dan kekejaman dalam berbisnis merupakan kesalahan fatal. Konfusius mengungkapkan secara halus: "kesalahan mendasar kita adalah mempunyai kesalahan dan tidak sudi memperbaikinya" (the real fault is to have faults and not to amend it).

Sosialisme cocok dengan masyarakat Amerika Latin, karena masyarakat di sana memang lebih menyukai kerja kolektif. Dari ukuran indeks individualisme kebanyakan negara Amerika Latin menempati posisi terbawah. Ini sangat kontras dengan Amerika Serikat (AS) yang berada di posisi teratas dalam hal individualisme.

faktor budaya juga bisa menjelaskan mengapa bisnis AS sangat rentan mengalami krisis. Bisnis AS cenderung mengalami krisis, karena faktor budaya bisnis di sana . Survei yang dilakukan antara tahun 1995 – 2002 di 17 negara, pemimpin bisnis di AS dinilai oleh junior manajernya di 16 negara yang lain sebagai orang yang mengejar: (i) pertumbuhan bisnis, (ii) kekayaan pribadi, (iii) keuntungan tahun ini dan (iv) kekuasaan. Intinya pemimpin bisnis AS berorientasi jangka pendek.

mengenai sikap hidup orang Amerika mereka punya etos kerja yang tinggi. Dan mereka sangat menghargai waktu. Konsep nilainya itu adalah waktu tidak akan bisa terulang kembali. Dan dari pada waktu di sia-siakan lebih baik di pergunakan untuk hal yang berguna. mereka mementingkan professionalisme dari pada basa basi.

Perbedaan budaya dapat menjadi hambatan dalam berkomunikasi yang sulit diatasi. Perbedaan budaya dapat dilihat dari konteks budaya, perbedaan aspek legal dan etika,

a. Budaya dengan low context. Negara-negara yang termasuk budaya dengan low context adalah Amerika Utara dan Eropa.

Ciri-ciri budaya yang low context adalah sebagai berikut:

1) Dalam dengambilan keputusan:

Lebih cepat karena fokus pada tujuan, dan terbiasa berterus-terang.

2) Pemecahan masalah

Fokus pada penyebabnya, sehingga tidak bertele-tele.

3) Negosiasi

Lebih cepat memutuskan bila ada kekuasaan untuk memutuskan

4) Pemisahan antara masalah pribadi dan pekerjaan.

Adanya pemisahan antara masalah pribadi dengan pekerjaan.

b. Budaya dengan high context. Negara-negara yang termasuk dalam high context, diantaranya: Negara-negara Asia, termasuk Indonesia.

Ciri-ciri budaya yang high context adalah sebagai berikut:

1) Pengambilan keputusan

Tidak efisien, karena lebih menjaga perasaan orang lain, sehingga lebih lama dalam pengambilan keputusannya.

2) Pemecahan masalah

Lebih lama karena tidak berorientasi kepada akar penyebab masalah, namun lebih menjaga perasaan orang lain.

3) Negosiasi

Seringkali tidak dapat memutuskan secara langsung.

4) Pemisahan masalah pribadi dan pekerjaan

Tidak ada pemisahaan antara masalah pribadi dan pekerjaan.

3. Perbedaan konteks budaya

Konteks budaya merujuk pada pola petunjuk fisik, stimulus lingkungan, dan pemahaman tersirat yang menyampaikan arti antara dua anggota dalam budaya yang sama. Dari budaya satu ke budaya lain orang-orang menyampaikan arti contextual secara berbeda.

4. Perbedaan aspek legal dan etika

Konteks budaya juga mempengaruhi perilaku legal dan etika. Perbedaan-perbedaan legas dan etika tersebut dapat terlihat dari beberapa aspek berikut ini:

a. Pada budaya dengan konteks rendah:

-Mengutamakan perjanjian tertulis

-Seseorang dinyatakan bersalah pada saat dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Sebelum pengadilan memutuskan tidak boleh dinyatakan bersalah.

b. Pada budaya dengan konteks tinggi

-Lebih mengutamakan perjanjian secara lisan

-Seseorang dinyatakan bersalah saat polisi melakukan penangkapan sampai hakim memutuskan di pengadilan

Saat berkomunikasi secara lintas budaya, maka pesan anda haruslah bersikap etis, dengan mengaplikasikan 4 prinsip dasar, sebagai berikut:

-Secara aktif mencari kesesuaian untuk mendapatkan pemahaman bersama.

-Tidak boleh ada prasangka atau penilaian secara terburu-buru dimuka.

- Menunjukkan rasa hormat pada budaya lain yang berbeda

- Mengirim pesan secara jujur

5. Perbedaan dalam aspek sosial

Perbedaan budaya berdasarkan sosial terbagi menjadi empat bagian, yaitu: konsep terhadap materi, peran dan status, penggunaan cara dan sopan santun, dan konsep waktu).

a. Konsep terhadap materi

1) Konteks budaya rendah:

-Berorientasi pada tujuan dan kenyamanan materi diperoleh dari usaha individu.

2) Konteks budaya tinggi:

-Mendapatkan pekerjaan lebih penting dibandingkan bekerja secara efisien.

b. Peran dan status

1) Konteks budaya rendah:

- Dapat menyapa atasan tanpa menggunakan gelar, seperti “Bapak” atau “Ibu”, “Mr” atau “Mrs”

- Hubungan antara atasan – bawahan bersifat terbuka, tidak terdapat perbedaan antara atasan dan bawahan. Diluar pekerjaan, atasan dan bawahan dapat berteman dengan baik, dan mengesampingkan status mereka dalam pekerjaan.

2) Konteks budaya tinggi

- Menyapa pelaku bisnis/atasan dengan gelar. Status sosial sangat penting, bahkan diluar pekerjaan atau diluar kedinasan.

- Tertutup, atasan dan bawahan harus dibedakan. Cenderung ada jarak antara atasan – bawahan.

c. Penggunaan cara dan sopan santun

1) Konteks budaya rendah:

- Memberikan hadiah kepada istri teman dianggap sopan dan biasa. Atau mencium istri orang sebagai ungkapan kehangtan dan persahabatan dianggap wajar dan biasa.

2) Konteks budaya tinggi:

- Memberikan hadiah kepada istri teman dianggap tidak sopan, apalagi mencium istri teman, akan dianggap sebagai bentuk kekurangajaran.

d. Konsep waktu

Konteks budaya rendah menganggap waktu sebagai cara untuk merencanakan hasil kerja dengan efisien. Waktu diperlakukan dengan sangat berharga. Sebaliknya pada budaya dengan konteks budaya tinggi cenderung tidak menghargai waktu, sehingga istilah jam karet merupakan hal yang biasa.

6. Perbedaan tanda-tanda non-verbal

a. Konsep ruangan

Pada budaya dengan Konteks budaya rendah ruangan kerja lebih tertutup karena mereka lebih menghargai privacy seseorang. Sedangkan pada budaya dengan Konteks budaya tinggi ruangan lebih terbuka. Atasan bawahan dapat saling melihat satu sama lain, seperti dapat kita lihat di perusahaan-perusahaan Jepang.

b. Kontak mata

Pada budaya dengan konteks rendah seperti Amerika Serikat, jika seseorang tidak membalas tatapan matanya maka dianggap orang tersebut mengelak atau tidak jujur. Sedangkan pada budaya dengan konteks tinggi, seperti di Asia dan Amerika Latin, dengan mempertahankan tatapan mata kebawah merupakan tanda penghargaan atau penghormatan. Sebaliknya menatap mata langsung dapat dianggap sebagai bentuk ketidaksopanan.

c. Bahasa tubuh

Bahasa tubuh bisa membantu mengklarifikasi pesan-pesan yang membingungkan. Namun dalam perbedaan antar budaya bahasa tubuh dapat memberikan pengertian yang berbeda. Misalnya, dalam budaya dengan konteks yang rendah mengangkat kaki ke atas meja merupakan hal yang biasa, namun dalam budaya yang konteks budayanya tinggi hal itu dianggap sebagai bentuk ketidaksopanan atau penghinaan.

Perbedaan bahasa tubuh lainnya, misalnya ekspresi wajah, perilaku sentuhan, dan cara bagaimana seseorang mengucapkan salam. Jika kita perhatikan seorang India akan menggelengkan kepalanya saat ia mengatakan “ya”. Gelengan kepala di kebanyakan budaya lain diartikan sebagai tanda “tidak”. Cara seseorang bersalaman juga akan menunjukkan perbedaan budaya yang nyata. Di Indonesia jabat tangan yang sopan dilakukan dengan kedua belah tangan secara halus. Di barat jabat tangan yang baik yang menunjukkan persahabatan dilakukan secara erat. Jabat tangan yang kurang erat diartikan sebagai bentuk kekasaran atau penolakan.

Perilaku sentuhan juga bisa berbeda dalam suatu budaya dengan budaya yang lain. Pelukan antara pria dan wanita untuk menunjukkan keakraban atau kegembiraan merupakan hal yang diterima secara umum, meskipun mereka buka sepasang kekasih atau suami istri. Di budaya lain, perilaku demikian dapat dianggap sebagai hal yang tidak biasa atau tidak wajar.

Adanya perbedaan budaya dimasing-masing kelompok, masyarakat dan negara, juga turut mempengaruhi efektifitas komunikasi antarbudaya. Adapun

kunci keberhasilan dalam hubungan komunikasi bisnis juga dapat dipengaruhi

oleh hal-hal seperti :

! Social values

contohnya orang Amerika dikenal dengan etos kerja keras, sukses dapat diukur dari sisi materi,

berorientasi pada tujuan dan efesiensi. Sementara untuk Indonesia dengan tingkat pengangguran usia kerja yang tinggi, menciptakan lapangan pekerjaan jauh lebih penting daripada bekerja secara

efisien.

! Roles and Status

contohnya, dibanyak negara wanita masih belum [tidak] memainkan peranan yang menonjol dalam bisnis, pemerintahan bahkan dalam praktek kesehariannya masih ada batasan-batasan. Hal ini dikarenakan adanya sistem nilai, kepercayaan, dan pengaruh kuat agama. Konsep status juga berbeda. Seorang eksekutif Amerika menunjukkan tanda-tanda statusnya dengan menunjuk kepada nilai materialistik. Big boss biasanya mempunyai ruang kantor besar, karpet yang bagus, sofa yang mahal, asesori-asesori yang mahal, dll. Mempunyai kantor pribadi lebih terhormat di Amerika, daripada sebuah meja kerja pribadi di ruang terbuka. Ini disebutnya Spatial Arrangements. Dalam budaya lain, dikomunikasikan dalam cara yang berbeda, misalnya

seorang eksekutif Perancis akan lebih terhormat apabila duduk di tengah dalam area yang terbuka.

! Concept of Time

Perbedaan persepsi terhadap waktu adalah faktor lainnya yang bisa menyebabkan misunderstandings . Para ekekutif Amerika dan Jerman melihat waktu sebagai sesuatu yang harus diencanakan dan dipergunakan secara efisien, berfokus hanya pada tugas pekerjaan tiap periode yang sudah terjadwal. Waktu adalah terbatas, jadi mereka mencoba langsung mendapatkan sesuatu [informasi, pendapat, masukan, pengarahan, dll] secepat mungkin ketika berkomunikasi.

Disisi lain, para eksekutif Amerika Latin dan Asia melihat waktu sebagai sesuatu yang fleksibel.

Karena dalam budaya mereka, membangun sebuah dasar/fondasi hubungan bisnis adalah jauh

lebih penting daripada batas waktu pertemuan untuk tugas tertentu.

! Concept of Personal Space

Seperti halnya waktu, ruang/ jarak dalam berkomunikasi seringkali menyebabkan pengertian yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Dalam Budaya Barat dalam berkomunikasi biasanya mereka berdiri 5 feet selama percakapan bisnis. Jarak ini bagi orang Jerman dan Jepang, adalah dekat namun tidak nyaman . Tetapi bagi orang Arab dan Amerika Latin, jarak ini jauh dan tidak nyaman.

Budaya Barat cenderung bereaksi negatif [tanpa pemberitahuan kenapa], ketika seorang Arab

bergerak mendekat selama percakapan. Dan orang Arab mungkin bereaksi negatif [tanpa pemberitahuan kenapa] ketika seorang Amerika/ Kanada bersikap mundur agak menjauh selama percakapan.

Budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah mempunyai beberapa perbedaan penting dalam cara penyandian pesannya. Anggota budaya konteks tinggi lebih terampil membaca perilaku nonverbal dan "dalam membaca lingkungan" , dan mereka menganggap bahwa orang lain juga akan mampu melakukan hal yang sama. Jadi mereka berbicara lebih sedikit daripada anggota-anggota budaya konteks rendah. Umumnya komunikasi mereka cenderung

tidak langsung dan tidak ekplisit.

Budaya konteks rendah, sebaliknya menekankan komunikasi langsung dan ekplisit: pesanpesan verbal sangat penting, dan informasi yang akan dikomunikasikan disandi dalam pesan verbal. Budaya konteks tinggi antara lain budaya Cina, Korea, Jepang, Indonesia.

Tanda-tanda non-verbal dalam komunikasi antar budaya harus diperhatikan secara cermat, supaya tidak terjadi kebingungan atau salah paham.

Bagaimana berhubungan dengan orang Amerika
Bangsa amerika adalah bangsa yang paling mudah diajak berhubungan, sifat mereka to the point, dan keinginan mereka jelas yaitu mencari keuntungan, mereka melakukannya dengan bekerja keras, menggunakan kecepatan, kesempatan, kekuatan semuanya digunakan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Bangsa Eropa utara adalah bangsa yang dapat berhubungan sukses dengan mereka, mereka adalah orang yang suka berterus terang, maka merekalah yang banyak mengambil manfaat dari berbisnis dengan bangsa amerika. Dan mereka kurang menyukai cara tatakrama orang Latin dan orang Asia yang berliku-liku.


Bagaimana menangani orang inggris
Inggri adalah inggris raya, maksudnya terdapat beberapa bagian negara dan wilayah inggris, seperti halnya inggris selatan yang notabene makmur dan terdidik maka berbicara dengan mereka haruslah menekankan pembicaraan yang terdidikan beradab.
Apabila berurusan dengan orang inggris utara, skotlandia, dan weles yang mempunyai sifat lebih keras kepala, maka pembicaraan lebih baik dibuat sungguh-sungguh, langsung dan tidak bertele-tele.
Dalam pertemuan orang inggris biasa menggunakan nama depan, bersifat formal 1-3 kali pertemuan, seterusnya dapat menjadi santai dan lebih banyak membicarakan (seakan lebih memperhatikan urusan keluarga). Kegemaran orang inggris adalah humor dan anekdot, maka siapkanlah diri anda dengan cerita-cerita lucu. Humor tersebut memiliki maksud dan isi antara lain untuk menunjukkan :
Bantahan diri, menghilangkan ketegangan, mempercepat diskusi yang membosankan, kritik kepada atasan tanpa takut dipecat, ide liar sebagai bahan percobaan, menertawakan cara pandang terhadap manajemen yang tidak logis, terlalu luas atau terlalu serius.Referensi:

Aam Bastaman. Komunikasi internasional. (www.stekpi.ac.id)

Dedi Mulyana. Komunikasi Lintas Budaya.(www.khatulistiwa.net)

FERIAN ERLANGGA
224107025

Kamis, 26 November 2009

Lamaran Ferian

Tangerang, November 6, 2009

To:

Mr. Dimyat, AmTrU
Human Resources Department
PT Daendo Transindo
Jakarta

Dear Sir,

I am Ferian Erlangga, 20 years old. I am fresh graduated from The School of Transport Management Trisakti. I would like to join in your company in any position which Sir or Madams leads. I am Interested to apply for the post you offered.

At present, though I already graduated from my school but I am a person who wants to learn. I have good personality and good communication skill. I am creative, innovative and pleasant person. I am able to work individually and also in the team. I can work in high under pressure too.I am prepared to do any kind of work suitable with my education background and qualification. I believe I can learn the skill you require.

For your consideration I enclose my Curriculum Vitae, the copy of my certificate, the copy of my ID card, and recent photograph of mine.

I’m very expected for this vacancy and I really hope that I shall be considered for further processing of employment in your company. If you should require further information, I shall be happy to provide it. I would welcome the opportunity to have a personal interview. And thank you for you attention and your consideration to this application is highly appreciated.





Yours Sincerely,



Ferian Erlangga

cv

CURRICULUM VITAE

General Personality

Full Name : Ferian Erlangga
Nick Name : Ferian
Place/Date of Birth : Tangerang, November 06, 1989
Address : Taman Gebang Raya Blok.E No. 17
Periuk – Tangerang 15134
Sex/Gender : Male
Marital Status : Single
Religion : Moslem
Nationality : Indonesian
Height/Weight : 170 cm/58 kg
Home Phone Number : 021-83337761
Mobile Phone Number : 085714890330
Email : fena_slalu@yahoo.com


Formal Education
 The School of Transport Management Trisakti, East Jakarta (2007 until now).
 Senior High School, SMA Negeri 4 Tangerang, Tangerang (2004-2007).
 Junior High School, SLTP Negeri 2 Tangerang, Tangerang (2001-2004).
 Elementary School, SD Negeri Keroncong, Tangerang (1992-1998)


Non Formal Education


 Seminar Umum by Himpunan Mahasiswa Udara about “ Sejauh mana Implementasi dan Dampak Pemeringkatan oleh Pemerintah terhadap Perusahaan Penerbangan Nasional dalam Upaya Mengurangi Tingkat Kecelakaan Penerbangan 2007” at Kartika Chandra Hotel, (December 5, 2007) (certificate).


Skills
 Able to operate Microsoft Office (word, excel, powerpoint)
 Able to use Internet.

Senin, 09 November 2009

Memo

PT. CITRA GRAFIKA
Jln. Semanan No. 04 Jakarta Barat

MEMO

Jakarta, 06 November 2009




Dari : PT. Citra Grafika (general manager).
Untuk : Kepala Bagian Pemasaran.


Mohon dipersiapkan data-data untuk pelaksanaan rapat tahunan yang akan diselengarakan pada tanggal 17 Desember 2009. Adapun data-data yang harus disiapkan terdiri dari :
1. Data jumlah dan jenis pesanan selama satu tahun di PT. : PT. Citra Grafika.
2. Data Hasil Pemasaran tahun yang lalu.
3. Data utang piutang perusahaan di PT. : PT. Citra Grafika.
4. Data pesanan yang harus dipenuhi.
Demikian memorandum ini dibuat. Atas perhatian saudara kami sampaikan.
Terima kasih.


Jakarta,06 November 2009


(Ferian Erlangga)

Minggu, 25 Oktober 2009

teknik mendengar yang efektif (ferian erlangga 224107025)

Mendengar Efektif


Menjadi pendengar yang baik bukanlah usaha yang mudah. Seseorang harus dapat bersikap obyektif dan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh lawan berkomunikasinya. Mendengarkan dengan efektif membutuhkan konsentrasi, pengalaman, dan keterampilan.
Manfaat dari menjadi pendengar yang baik di antaranya:
Lawan berbicara kita akan lebih mudah dalam menyampaikan informasi.
Hubungan antar individu akan semakin baik.
Mendorong pembicara untuk tetap berkomunikasi.
Informasi dalam bentuk instruksi, umpan balik dan lainnya akan lebih jelas diterima.
Tentu, hasilnya Anda akan lebih dapat menangkap ilmu yang Anda pelajari. Kalo ilmu itu ilmu agama tentu manfaatnya besar banget. Anda jadi lebih paham dan terhindar dari salah paham, mengamalkannya pun jadi lebih benar. Kalo pun ilmu itu adalah yang Anda pelajari di sekolah tentu menjadi pendengar yang baik juga bermanfaat gede. Anda tak sekedar hafal, namun juga mengerti. Tentu, kalo pas ulangan atau ujian, Anda juga akan lebih pede dan mampu mengerjakan soal.

Bagaimana Caranya?
Menjadi pendengar yang baik membutuhkan usaha dan latihan yang teratur. Langkah terpenting pertama yang harus kita lakukan adalah menyadari bahwa mendengarkan seseorang berbicara adalah suatu kebutuhan yang sama pentingnya dengan keterampilan berkomunikasi yang lain seperti: berbicara, menulis dan membaca.
Berikut ini beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai panduan pada saat kita mendengarkan seseorang berbicara. Silakan simak!

Perlu diingat bahwa kita tidak dapat mendengarkan dan berbicara pada saat bersamaan. Hal ini merupakan prinsip dasar dari mendengarkan efektif. Seseorang cenderung untuk selalu menambahkan pendapatnya pada saat ia berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini menjadi persoalan jika lawan bicara kita belum selesai berbicara. Ia bisa saja merasa terganggu. Dari pihak pendengar jelas konsentrasi akan terpecah. Secara sopan santun, menambah pendapat orang yang sedang berbicara berarti memotong pembicaraan. Dan ini tentu tidak sopan. Biarkanlah pembicara menyelesaikan keperluannya, sedangkan kita mendengar dengan baik. Baru, kalo dia selesai berbicara, sampaikanlah pendapat kita.

Mencoba memahami pokok pikiran atau ide utama pembicara. Seorang pendengar yang baik selalu mencoba untuk memahami intisari dari suatu pesan. Jangan mendengar secara masuk telinga kanan keluar telinga kiri atau sebaliknya. Dari pembicaraan yang panjang lebar, tentu terdapat pokok pikirannya. Peganglah pokok pikiran itu, niscaya Anda tahu maksud pembicara. Hal ini mungkin sulit dilakukan pertama kali. Karena itu, kita memang perlu latihan berkonsentasi mendengarkan orang yang berbicara tanpa melakukan hal lain yang mengganggu konsentrasi kita.

Hindari gangguan dari lingkungan sekitar. Ini dia, hubungannya dengan yang tadi/ Pendengar yang baik selalu mencoba untuk memfokuskan diri pada pembicara. Mencoba mendengarkan pendapat teman ketika rapat sebagai contoh, tanpa terpengaruh oleh sinyal SMS, dering telepon, orang yang berlalu lalang, dan sebagainya. Oleh karena itu untuk pembicaraan yang serius, faktor lingkungan perlu diperhatikan.

Mencoba untuk mengendalikan emosi. Pendengar yang baik selalu mencoba untuk mengesampingkan emosi, sehingga ia dapat menerima pembicaraan dengan jernih. Pendengar yang baik juga selalu mencoba untuk memahami pembicara tanpa membuat penilaian pribadi atas pembicara. Memang kadang ada kata-kata yang keliru dari pembicara yang perlu diluruskan. Namun pelurusannya pun harus dengan ilmu. Nasehat hendaknya disampaikan setelah pembicara rampung berkata-kata. Itu pun disampaikan secara empat mata tidak di depan audiens yang lain.

Membuat catatan jelas dan singkat. Buatlah catatan kecil tanpa mengurangi konsentrasi kita pada saat mendengarkan. Harap diingat kita tidak dapat mengerjakan dua tugas sekaligus tanpa mengurangi keefektifan salah satu di antaranya. Oke, jadi ini harus dilakukan dengan ekstra konsentrasi. Mungkin Anda bisa melatih menulis cepat, dan juga catatan itu tidak perlu dengan tulisan tangan yang indah, bisa jadi berupa singkatan-singkatan, diagram-diagram yang Anda saja yang dapat membacanya. Nggak masalah, yang penting Anda dapat memahaminya. Boleh juga disalin kembali jadi catatan yang lebih baik.

Mencoba untuk bersikap empati. Mencoba untuk menghargai posisi pembicara, sehingga kita terhindar dari mendengar apa yang hanya mau kita dengar saja. Tempatkan diri Anda sebagai diri pembicara. Ketika Anda ngomong, tentu Anda juga ingin pendengar mendengarkan omongan Anda dengan seksama. Nah, ini juga yang diinginkan pembicara yang sedang berbicara di depan Anda.

Memperhatikan komunikasi non verbal. Tataplah lawan bicara, dan perhatikan bahasa tubuh mereka. Seringkali terjadi pemahaman akan suatu informasi lebih bisa kita pahami dengan memperhatikan raut muka dan gerak tubuh lawan bicara. Dan sebagai pendengar, kita pun harus memperhatikan bahasa tubuh yang kita tampilkan, seperti posisi duduk, raut muka, anggukan kepala dan sebagainya.

Mendengarkan dengan selektif. Seringkali dalam suatu pembicaraan, pembicara memberikan informasi-informasi yang penting. Kadang informasi tersebut tersembunyi di dalam konteks pembicaraan. Kita diharapkan dapat memilah-milah informasi tersebut untuk mendapatkan yang kita butuhkan.

Bertanya pada tempatnya. Tunda dahulu pertanyaan dan gagasan yang ingin disampaikan sampai pembicara selesai. Ajukan pertanyaan untuk memperjelas maksud pembicara. Ini hampir sama dengan point yang pertama. Jika ada pertanyaan sampaikanlah jika si pembicara sudah selesai. Bisa jadi, masalah yang Anda tidak paham akan diterangkan seketika itu juga tanpa Anda menanyakannya. Karena itu, sabarlah. Boleh jadi, tanpa bertanya pun apa yang Anda bingungkan akan diterangkan kemudian.

Buatlah kesimpulan atas apa yang menjadi inti pembicaraan. Dengan mencoba menangkap intisari pembicaraan diharapkan kita dapat memahami permasalahan dengan kata kita sendiri. Cobalah ramu kembali apa yang pembicara sampaikan dengan kata-kata Anda sendiri. Ini akan melatih Anda untuk mengambil kesimpulan dengan baik.

Memberikan umpan balik. Memberikan umpan balik kepada pembicara sehingga ia mengetahui sejauh mana kita sudah memahami pembicaraan. Ini dia saatnya bertanya, berpendapat atau berkomentar. Setelah pembicara selesai mengutarakan pembicaraannya, barulah tiba giliran kita. Jangan diam saja, sampaikan sepatah dua patah kalimat agar pembicara tahu sejauh mana kita paham.

sumber data/penulis : wirawan:yogiyatno's (wirawax.wordpress.com/2007/02/02)